Rabu, 19 Januari 2011

CANDI PRAMBANAN, KARATON YOGYAKARTA, DAN JALAN MALIOBORO


CANDI PRAMBANAN, KARATON YOGYAKARTA,          
DAN JALAN MALIOBORO

Makalah
 






Diajukan Guna Memenuhi Tugas Matakuliah Konsep Dasar IPS I
Hj. Tutuk Ningsih, S.Ag. M.Pd.
Oleh
Fadhilah Hasan 092335046






SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGRI (STAIN)
PURWOKERTO
2011
PENDAHULUAN

kebudayaan manusia dari zaman purba sampai sekarang masih terus berkembang. Kebudayaan tersebut lahir karena hasil dari daya imajinasi karya, cipta, dan rasa manusia yang semakin lama semakin maju.
Dahulu kala, orang membuat rumah dengan menggunakan batu untuk dibuat candi. Tapi sekarang, rumah yang dibuat oleh manusia sudah berkembang dan modelnya bervariasi. Hal tersebut membuktikan bahwa kebudayaan manusia terus berkembang.
Namun demikian, apakah kebudayaan yang telah ada akan selalu ada ataukau kebudayaan itu akan hilang tertelan pergantian zaman. Untuk menjawab pertanyaan tersebut tentunya kita kembali pada tiap individu-individu.
Untuk menganalisis ataupun menggali sejauh manakah kebudayaan manusia akan terus berkembang, maka dalam matakuliah konsep dasar ips, kami diwajibkan melakukan observasi di candi prambanan, kraton Yogyakarta, dan jalan malioboro.
Makalah ini akan membahas tentang profil candi prambanan, candi prambanan, profil kraton Yogyakarta, karaton Yogyakarta, frofil jalan soedirman, dan gejala social yang terjadi di jalan malioboro.
Keterbatasan waktu dalam melakukan observasi menjadi kendala sehingga perolehan data-data belum semaksimal mungkin penulis dapatkan.
Dalam mengobservasi ketiga objek tersebut masih banyak informasi yang belum penulis gali. Oleh karenanya masih banyak kesalahan dalam penulisan makalah ini. Unruk itu kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan guna perbaikan makalah ini.





CANDI PRAMBANAN, KARATON YOGYAKARTA,
DAN JALAN MALIOBORO

A.    Candi Prambanan
1.      Profil Candi Prambanan
Candi Prambanan terletak persis di perbatasan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakatra dan Provinsi Jawa Tengah, kurang lebih 17 kilometer kea rah timur dari kota Yogyakarta atau kurang lebih 53 km kearah sebelah barat Solo. Komplek percandian prambanan ini masuk kedalam dua wilayah yakni komplek bagian barat masuk kedalam wilayah daerah istimewa Yogyakarta dan bagian timur masuk wilayah propinsi jawa tengah.
Gugusan candi ini dinamakan “prambanan” karena terlatak didaerah prambanan. Nama ‘loro jonggrang” berkaitan dengan legenda yang yang menceritakan seorang dara yang jonggrang atau gadis yang jangkung putrid prabu book.
Candi prambanan adalah kelompok percandian hindu yang dibangun oleh raja-raa dinasti senjaya pada abad IX. Ditemukanya tulisan pakitan pada candi ini menimbulkan pendapat bahwa candi ini dibangun oleh pakai pikatan yang kemudian diselesaikan oleh rakai Belitung berdasarkan prasasti barangka tahun 858 m “prasasti siwargrha” sebagai manifest polotk untuk meneguhkan kedudukannya sebagai raja yang besar. Terjadinya perpindahan pusat kerajaan mataram keawa timur berakibat tidak terawatnya candi-candi di daerah ini ditambah terjadinya gempa bumi serta terjadinya beberapa kali meletusnya gunung merapi menjadikan candi prambanan runtuh tinggal puing-puing batu yang berserakan. Sungguh menyedihkan itulah keadaan pada saat penemuan kembali candi prambanan.
Usaha pemugaran yang dilakukan pemerintah hindia belanda berjalan sangat lamban dan akhirnya usaha peugaran tersebut diselesaikan oleh bangsa Indonesia.
Pada tanggal 20 desember 1953 pemugaran candi induk loro- jonggrang secara resmi dinyatakan selesai oleh Ir. Soekarno sebagai presiden republic Indonesia yang pertama.
Sampai sekarang usaha pemugaran dilanjutkan, yaitu pemugaran candi brahmana dan candi wisnu. Candi brahmana dipugar pada tahun 1977 dan selesai diresmikan pada tanggal 23 maret 1987. Sedangkan candi wisnu mulai dipugar pada tahun 1982, selasai dan diresmikan oleh bapak presiden soeharto pada tanggal 27 april 1991.
2.      Candi Prambanan
Deskripsi bangunan komplek percandian prambanan terdiri atas latar bawah, latar tengah, dan latar atas (latar pusat) yang semakin kedalam semakin tinggi letaknya. Berturut-turut luasnya: 390 meter ersegi, 222 meter persegi dan 110 meter persegi. Latar bawah tak berisi apapun. Di latar tengah terdapat reruntuhan candi-candi perwara.
Apabila seluruhnya telah selesai dipugar maka aka nada 224 buah candi yang ukuran semua sama yaitu luas dasar 6 meter persegi dan tingginya 14 meter. Latar pusat adalah latar terpenting di atasnya terdiri 16 buah candi besar dan kecil. Candi-candi utama terdiri atas 2 deret yang saling berhadapan. Deret pertama yaitu candi siwa, candi wisnu, dan candi brahmana. Deret kedua yaitu candi nandi, candi angsa, dan candi garuda. Pada ujung-ujung lorong yang memisahkan kedua deretan candi tersebut terdapat candi apit. Delapan candi lainya lebih kecil. Empat diantaranya candi kelir dan empat candi lainya disbut candi sudut.
Secara keseluruhan terdapat 240 candi.
a.       Candi siwa
Candi dengan luas dasar 34 meter persegi dan tinggi 47 meter adalah terbesar dan terpenting. Dinamakan candi siwa karena didalamnya terdapat arca SIWA MAHADEWA yang merupakan arca terbesar. Bangunan ini terbagi atas 3 bagian secara vertical kaki, tubuh, dan kepala atap. Kaki candi menggambarkan “dunia bawah” tempat manusia yang msih diliputi hawa nafsu, tubuh candi menggambarkan “dunia tengah” tempat manusia yang elah meninggalkan. Dan atap melukiskan “dunia atas” tempat para dewa.

Gambar kosmos Nampak pula dengan adanya arca dewa-dewa dan makhluk surgawi yang menggambarkan gunung mahameru (g. everest di india) tempat paa dewa. Percandian prambanan merupakn replica pegunungan itu terbukti dengan adanya arca-arca dewa lokapala yang terpahat pada kaki candi siwa. Empat pintu masuk pada candi itu sesuai dengan keempat arah mata angin.
Pintu utama meghadap ketimur dengan tangga masuknya yang terbesar. Di kanan kirinya terdapat 2 arca raksasa penjaga yang membawa garda yang merupakan manifestasi dari siwa.

Di dalam candi terdapat 4 ruangan yang menghadap kearah mata angin dan mengelilingi ruangan terbesar yang ada di tengah-tengah.

Kamar terdepan osong, sedangkan ke 3 kamar lainnya masing-masing berisi arca-arca: siwa maha guru, ganesa, dan durga. Dasar kaki candi dikelilingi selasar yang dibatasi oleh pagar langkan. Pada dinding langkan sebelah dalam terdapar relief cerita Ramayana yang dapat diikuti dengan cara “paradaksiana” (berjalan searah jarum jam) mulai dari pintu utama. Hiasan-hiasan pada dinding sebelah luar berupa “kinari-kinari” (makhluk bertubuh burug berkepala mausia), “kalamakara” (kepala raksasa yang lidahnya berwujud sepasang mitologi) dan makhluk surgawi lainnya. Atap candi beringkat-tingkat dengan susunan ayng amat komplek masing-masing dihiasi sejumlah “ratna”dan puncaknya terdapat “ratna” terbesar.
1)      Arca siwa mahadewa
Menurut ajaran trimurti-hindu, yang paling dihormati adalah dewa brahmana sebagai pencipta alam, kemudian dewa wisnu sebagai pemelihara, dan dewa siwa sebagai perusak alam. Tetapi di india maupun di Indonesia dewa siwa adalah yang paling terkenal.

Di jawa ia dianggap yang tertinggi, karenanya ada yang menghormatinya sebagai sebagai mahadewa. Arca ini mempunyai tinggi 3 meter berdiri diatas landasan batu setinggi 1 meter.

Diantara kaki arca dan landasanya terdapat batu bundar bebbentuk bunga teratai. Arca ini menggambarkan raja balitung. Tanda-tanda sebagai siwa adalah tengkorak diats bulan sabit pada mahkotanya, mata ketiga pada telinganya, bertangan empat berselempangan ular, kulit ahrimau di pinggangnya serta senjata trisula pada sandaran arcanya. Tangan-tangannya memegang kipas, tasbih, tunas bunga teratai dan benda bulat sebagai benih alam semesta. Raja Belitung dipandang sebagai penjelma siwa oleh keturunan dan rakyatnya.
2)      Arca siwa mahaguru
Arca ini berwujud seorang tua berjanggut yang berdiri dengan perut gendut. Tangan kanannya memegang tasbih, tangan kirinya memegang kendi dan bahunya terdapat kipas. Semuanya adlah tanda-tanda seorang pertapa. Trisula yang terdapat disebelah kanan belakangnya menandakan senjata khas siwa.

Arca ini menggambarkan seorang pendeta alam dalam istana raja Belitung sekaligus seorang penasihat dan guru. Karena besar jasanya dalam menyebarkan agama hindu-siwa, maka ia dianggap sebagai salah satu aspek (bentuk) dari siwa.
3)      Arca Ganesha
Arca ini berbentuk manusia berkepala gajah bertanganempat yang sedang duduk dan bertubuh gendut. Tengan-tangan belakangnya memegang tasbih dan kampak sedangkan tangan-tangan depannya memegang patahan gadinnya sendiri dan sebuah mangkuk. Ujung belalainya dimasukan ke dalam mangkuk itu yang menggambarkan bahwa ia tak pernah puas meneguk ilmu pengetahuan, penghalau sagala kesulitan. Pada mahkotanya terdapat tengkorak dan bulan sabit sabagai tanda bahwa ia anak siwa dan uma, istrinya. Arca ini menggambarkan putera mahkita sekaligus panglima perang raja balitung.

4)      Arca durga atau loro jonggrang
Arca ini berwujud seorng wanita bertangan 8 yang memegang beraneka ragam senjata: cakra, garda, perisai, busur, panah, ekor banteng, sankha, dan rambut berkepala raksa asura. Ia berdiri diatas benteng nandi dalam sikap “tribangga” (3 gaya gerak yang membentuk 3 lekukan tubuh). Benteng nandi sebenarnya penjelmaan dari asura yang menyamar.

Durga berhasil mengalahkan dan menginjaknya sehingga dari mulutnya keluarlah asura yang lalu ditangkapnya. Ia adalah salah satu aspek dari istri siwa.

Menurut mitologi ia tercipta dari lidah-lidah api yang keluar dari tubuh para dewa. Durga adalah dewi kematian, karenanya arca ini menghadap keutara yang merupakan mataangin kematian. Sebenarnya arca ini sangat indah bila dilihat dari kejauhan Nampak seperti hidup dan tersenyum namun hidungnya telah dirusak oleh tangan-tangan jahil. Arca ini menggambarkan permaisuri raja balitung.
b.      Candi Brahma
Luas dasarnya 20 meter persegi dan tingginya 37 meter. Di dalam satu-satunya ruangan berdirilah arca brahma berkepala 4 dan berlengan 4. Arca ini sebenarnya sudah rusak. Salah satu tangannya memegang tasbih yang satunya memegang ‘kamandalu’ tempat air. Keempat waajahnya mengagambarkan keempat kitab suci weda masing masing mwnghar keempat arah mataangin. Sabagai pencipta ia membawa air karena seluruh alam keluar dari air. Tasbih menggapbarkan waktu. dasar kaki candi juga selalaar dikelilingi yang dibatasi pagar langkan dimana pada dinding langkan sebelah dlam terpahat relief lanjutan cerita Ramayana dan relief serupa pada candi siwa hingga tamat.
c.       Candi Wisnu
Bentuk ukuran, ukuran relief dan hiasan didinding luasnya sama dengan candi brahma. Di dalam satu-satunya ruangan yang asda berdirilah arca wisnu bertangan empat yang memegang garda cakra, piram. Pada dinding langkan sebelah dlam terpahat relief cerita krisna sebagai afatara atau penjelmaan wisnu dan bala rama (bala dewa kakaknya).
d.      Candi Nandi
Luas dasarnya 15 meter persegi dan tingginya 25 meter didalam satu-satunya ruangan yang ada terbaling arca seekor lembu lembu jantan dalam sikap merdeka dengan panjang ukurang lebih 2 meter. Disudut belakangnya terdapat arca dewa candra. Candra yang bermata tiga berdiri diatas kereta yang ditarik seekor 10 kuda. Surya berdiri diats kereta yang ditarik olwh 7 ekor kuda. Candi ini sudah runtuh .
e.       Candi Angsa
Candi ini mempunyai satu ruangan yang tak berisi apapun. Luas dasarnya 13 meter persegi dan tingginya 22 meter. Mungkin ruangan ini hanya dipakai utuk kandang angsa ewan yang biasa dikendarai oleh brahma
f.       Candi Garuda
Bentuk ukuran serta hisan dindingnya ama dengan candi angsa. Di dalam satu-satunya ruangan yang ada terdapat arca kecil yang berwujud seekor naga . garuda adalah kendaraan wisnu.
g.      Candi Apit
Luas dasarnya 6 meter persegi dengan tinggi 16 meter. Ruangannya kosong. Mungkin candi ini dipergnakan untuk bersemedi sebelum memasuki candi-candi induk. Karena keindahanya ia meungkin digunakan untuk memanamkan estetika dalam komplek percandian prambanan.
h.      Candi Klir
Luas dasarnya 1,55 meter persegi enan tinggi 4, 10 mrtr . candi in sudah mempunya tangga masuk fungsinya sebagai penolak bala.
i.        Candi Sudut
Ukuran candi candi ini sama dengan candi kelir.

B.     KARATON YOGYAKARTA
1.      Profil Karaton Yogyakarta
Meninjau kraton Yogyakarta. Dari kantor pos Yogyakarta kita pergi ke selatan dan melalui “gladag pangurakan”, sampailah kita di alun-alun utara. Tentang nama pengurakan ini benyak keterangan; a) Tuan goricke dan roorda, mengartikan tempat ini sebagai dimana “urak” atau daftar jaga diserahkan kepada yang berkewajiban. b) Sedang BPH. Suryodiningrat berpendapat bahwa tempat ini dahulu adalah sebuah tempat dimana pegawai keratin yang mendapat hukuman dibuang “diurak” dari kota.
Keliling alun-alun terdapat 62 batang pohon beringin dan di tengah-tengah 2 batang, jadi semuanya 64 batang, sesuai engan usia nabi Muhammad SAW. Pohon ditengah alun-alun berpagar bata, maka disebut juga “waringin kurung”. Diberi nama kyai dewaderu dan kyai janadaru, menggambarkan 2 sifat berlawanan diduania ini. BPH. Suryodiningrat berpendapat bahwa kedua waringin kurung ini menggambarkan sirnuolis, macrocosmos dan micro-cosmos.
Disela-sela pohon beringin keliling alun-alun berdiri bangunan berbentuk pendapa, disebut pakapalan dimana bupati-bupati dahulu lugur (singgah untuk beberapa hari) kalau ada suatu upacara. Sekarang dipakai untuk bermacam-macam kantor jawatan pemerintah daerah istimewa Yogyakarta/kotamadya Yogyakarta.
Di sebelah barat alan-alun berdiri masjid besar, berbentuk pendapa tertutup dengan serambi terbuka mukanya. Atapnya bertingkat, tiang-tiang masjid besar si sebelah dalam terdiri dari batang-batang kayu jati bulat-bulat, menjulang keatas menahan kedua atap masjid itu. Konstruksi dan arsiteknya jawa asli.
Alun-alun utara ini satu bagian dengan dari komplek karaton yang sangat penting. Dari dahulu sampai sekarang, sebab disinilah raja dapat berhubungan langsung dengan rakyat, seperti dalam latihan-latihan watangan (tournoi), rampongan macan, gerebeg, maleman sekaten dan lain-lain. Kejadian tersebut taadi mengambil tempat diseluruh alun-alun oleh karenanya sukar bagi pemerintah untuk menanaminya dengan bunga-bunga dan sebagainya.
Sekarang kita mendekati komplek keraton membujur dari utara keselatan sepanjang kurang 1 Km terdiri atas 7 halaman, satu dengan yang lainnya dihubungan dengan sebuah pntu gerbang. Regol namanya.
a.       Setingghil utara, dari kompleks pagalaran
b.      Kemandungan utara, melalui pintu gerbang brojonolo
c.       Sri manganti, melalui pintu gerbang sri manganti
d.      Pelataran kedaton, melalui gerbang donopertapa
e.       Kemagangan, melalui pintu gerbang kemagangan
f.       Sitingghil selatan, melalui gerbang kamandungan
2.      Karaton Yogyakarta
Kraton merupakan tempat/kediaman para ratu. Nama lainnya adalah kedaton. Disini patih beserta para pegawai bawahanya menghadap sultan pada upacara-upacara tertentu contohnya pada upacara gerebeg.
Tiangnya juga berjumlah 64. Sekarang 2 diantaranya diganti dengan 4 pilar besar-besar. Di ats tiang besar terlihatlah beberapa hiasan relief dengan condro sengkolo “ponco gono salira besar”, ponco=5, gono=6, saliro=8, tunggal=1. Dibaca dari belakang 1965, yakni tahun jawa pada waktu yang mana pagelaran ini dimuliakan sri sultan HB VIII. Sebelumnya mempunyai atap anyaman bamboo dan disebut “tratag rambat”. Gerbang sebeah selatan dihiasi pula dengan relief-relief berisikan sebuah suryo sangkolo “catur trisulo kembang lata” atau tahun 1934 M.
Antara sayap kanan-kiri pagelaran ada dua buah bangsal kecil dengan dua selogilang tempat singga sana sri sultan dan putera mahkota. Hiasan ukiran di bangsal ini bagus selali. Bangsal ini adalah bangsal pagrawit tempat sri sultan mengangkat seorang patih. Dahulu juga untuk memeriksa “gelar-gelar” ()slagorde-barisan) prajurit yang hendak diberangkatkan kemedan perang. Juga untuk menerima laporan para senopati. (Dr. Th. Pgued, majalah jawa 1940). Di tempat ini juga sri sultan melihat watangari (toumoi) yang diadakan di alun-alun utara. Sebuah dataran persis di selatan alun-alun, di bawah rindang pohon-pohon beringin, di muka pegelarannya bernama: bakung, tempat kuda-kuda.
Kanan-kiri pagelaran ada dua buah bangsal besar bertatap klabang sinander  , atap kedua terlepas dari atap pertam, disebut Bangsal Pangapit atau Bangsal Pasewakan. Sisinilah panglima-panglima perang menerima perintah perang dari sri sultan atau menunggu giliran untuk melaporkan sesuatu. Kemudian hari dipakai untuk caos (tempat jaga) para bupati anom jaba. Sekarang untuk keerluan pariwisata. Kanan-kiri dan sejajar dengan pegelaran terpancang dua buah bangsal kecil disebut bangsal pamandengan. Atapnnya abadi dalam kori yang bertugas menyampaikan permohonan rakyat kepada sri sultan. Maka dari itu bangsal ini dapat disamakan dengan pundak yang menyokong badan sri sultan (pemerintahan sri sultan).
Halaman utara pagelaan dan sitingghil ditanami dengan 6 batang pohon gayam, (gayam menggambarkan gayuh=cita-cita). Menurut KPH. Brongtodiningrat, gayam=ayam=tenang=bahagia.
Sebelum kita naik kesitingghil, dikanan-kiri kita melihat bangsal-bangsal kecil disebut bangsal pacikeran tempat jaga pegewai-pegawai karaton yang tugasnya melaksanakan keputusan0keputusan hakim, yaitu abdi dalem singonegoro dan mertolutut (algojo-algojo karaton). Menurut KPH. Suryodiningrat sampai dengan tehun 1926 bangsal-bangsal ini masih dipakai.
Sesampai kita di sitingghil tanpa disadari kita telah berada di bawah bangunan persegi empat bertiang besi, tarub agung namanya, yaitu tempat pembesar-pembesar menunggu rombongn untuk bersama-sama masuk karaton. Langsung kita berhadapan dengan sebuah bangsal besar tratag sitingghil namanya. Dahulu memang tratag beranyaman bambu, tetapi pada tahun 1926 dimuliakan oleh sri sultan HB VIII menjadi sebuah bangsal yang sangat megah. Hiasan relief di tebing sebuah muka menggambarkan sebuah candrosangkolo “pendeto cokro nogo wani” (1957) dan di belakangnya sebuah suryosangkolo “gono asto kembang lata” (1926). Disinilah tempat pangeran-pangeran serta tamu-tamu sri sultan duduk pada upacara-upacara kebesaran bangsal manguntul tangkil, tempat singgasana sri sultan. Belakang singgasana ada sebuah bangunan besar berbentuk pendapa berlantai marmer berhiasan ukiran-ukiran indah sekali disebut bangsal wilongo.
Pada upacara grebeg disinilah tempat pusaka-pusaka karaton. Pada tebing belakang dari lantai tengah bangsal wilono  bertulis sebuah candrosangkolo “trinoto purantining madya wilono” (1855) dan sebuah suryosangkolo “linungit kembar gatraning ron” (1925). Keduanya menunjukan tahun dimuliakanya bangsal ini oleh sri sultan HB VIII.
Di belakang satingghil sebelah timur berdiri sebuah bangunan bale bang namanya. Dahulu dipaai untuk menyimpan gamelan sekati. Di sebelah barat terletak bale angun-angun, disini dahulu tersimpan sebuah pusaka karaton kanjeng kyai sura angun-angun, yaitu sebuah tombang untuk membunuh banteng.
Di sitingghil inilah sultan dinobatkan. Selogilang  di sebelah selatan bangsal kemuka adalah tempat untuk putera mahkota.
Kita turun dari satingghil menuju bagian karaton lain yaitu bagian II ari karaton disebut lor (sampai kaben kita lalui sebuah tembok pemisah yang tebal dan tinggi yaitu benteng mentok baturetno). Kalau kita sudah sampai di pintu gerbang brojonolo, terbentanglah dihadapan kita halaman kemandungan lor. Dinamakan oleh rakyat kaben karena disini terdapat pohon-pohon keben. Di tengah-tengah halaman terpancang bangsal ponconiti, dihiasi dengan ukiran-ukiran kayu yang indah. Bangsal ini dahulu dipakai untuk mengadili sesuatu perkara dengan hukuman mati.
Sedang pengadilan dipimpin oleh sri sultan sendiri. Tetapi menurut GPH. Mangkusumo sejak pemerintahan HB VIII (jaman raffles) tidak dipakai lagi. Tamu-tamu karaton turun dari kendaraannya di bale anti wahana sebelah selatan bancal ponconiti. Melalui pintu gerbang (regol) sri mangganti kita sampai halaman sri mangganti, bagian kataton III di halaman ini terdapat dua bangal yaitu bangsal sri mangganti di sebelah barat dan trajumas di sebelah timur. Di bangsal srimanggati sekarang disimpan pusaka-pusaka karaton di simpan gamelan seperti kyai Gunturmadu dan kyai nogowilongo, juga masyhur dengan nama gamelan ini pada bulan maulud, 7 hari lamanya di halaman masjid bear untuk memperingati naluri pada jaman masuknya islam di jawa. Pada waktu itu sunan kali jaga member dakwah islam dengan memukul gemelan di masjid demak. Kai Guntur laut seperangkat gemelan karaton, hanya dibunyikan untuk menghormati sri sultan atau tamu resmi/agung. Kyai kebo ganggang adalah seperangkat gamelan karaton yang disembunyikan pada acara sunatan putra-putri sultan. Kyai tandak lawak adalah sebuah tandu sri sultan HB. I.
Di bangsal trajumas sekarang disimpan bermacam-macam tandu jempono, plengko, joli, meja hias, dan lain-lain. Melalui gerbang danapertapa sampailah kita dihalaman karaton bagian IV yang terpenting, oleh karena sri sultan dan putera mahkota berdiam di sini. Pintu gerbang dana pertapa inipun dihias dengan sangat indah, menggambarkan sebuah suryosangkolo “jagat ing asta neng wiwira narpati” (1921) dan sebelah dibelakangnya sebuah condrosangkolo “esti sara esti aji” (1858). Hiasan sebelah muka menggambarkan juga nama sri sultan dan cita-citanya, yaitu memakmurkan rakyat dan negaranya. “pepaten” (hiasan) semacam ini disebut “sangkalmemet”. Paling atas nama sri sultan digambarkan dengan jagad dilingkari oleh bulatan (jagad=buana, lingkaran=wengku=mengku) jadi hamangku bawana. Sangkalan memet (chonogram) ini menunjukan tahun waktu sri sultan HB. VIII memulai memegang tampuk pemerintah. “daun kluih” (luwih=lebih) “padai” dan “kapas” lambing sandang pangan=kemakmuran. Di muka gerbang sebelah kiri kanan berdiri dua buah patung raksasa kembar dimbol penjaga karaton atau penjaga diri manusia pribadi, yaitu bahwa nasib baik dan buruk. Pada khakekatnya baik dan buruk itu sama, tinggal kita memilih mana kita sukai tanggung jawab sendiri.
Dalam regol danapertapa di dinding belakang sebuah lambing karaton Yogyakarta. Sebelah atas adalah mahkota sri sultan, di bawahnya kanan-kiri “sumping” kerajaan. Kedua sayap menggambarkan sikap was[ada dan bijaksana. Warna symbol keemasan berarti warna segala apa yang mengandung keagamaan. Dasar merah berarti berani. Semuanya sesuai dengan gelar sri sultan=sayidin panatagama kalifatullah.
Regol danapertapa telah kita lalui dan di muka kita telah terbentang halaman karaton atau plataran kadaton, yaitu bagian inti dari kompleks kedaton. Plataran ini di Tanami pohon-pohon sawo kecik. Dengan daun-daun yang rindang pohon sawo memberikan suasana aman dan tentram. Disebelah barat menghadap ketimur berdirilah ‘bangsal kencana” berbentuk pendapa dilingkari dengan emper (kaki lima) pada keempat sisinya. Bentuk semacam ini disebut bentuk sinom. Lantainya dari marmer, tiang-tiangnya kayu jati, plafonnya dihiasi ukiran-ukiran amat indah, warna tiang dan bentuk bangsal merupakan keserasian (harmoni yang sangat indah). Pada upacara-upacara kebesaran sri sultan duduk di singgasana di tengah-tengah tiang uamanya (saka guru) menghadap ke timur. Bangsal ini di kelilingi tratag, berlantai marmer bertiang besi da beratap seng. Disinilah dahulu diadakan latihan-latihan bekasan (tari jawa) oleh abdi dalem dan kerabat karaton. Tempat dimuka tratag. Disinilah tempat pemain beksan bersiap-siap menunggu gilirannya. Juga dipakai untuk tempat gamelan kalau ada tamu agung. Trarag disebelah barat beksana adlah tempat latihan penari-penari puteri.
Di sebelah bangsal beksana terlihatlah gedung besar berdinding gebyog kayu berwarna awo matang berlantai marmer yaitu bangsal proboyakso, tempat penyimpanan pusaka-pusaka karaton. Di dalamnya ada lampu yang tek pernah padam.
Kyai wiji namanya. Menurut KPH. Brongtodiningrat lampu ini adalah symbol lampu yang tak pernah padam. Sedang menurut Dr. Th Piguad symbol dari “Het Licht van once geest” (sinar semangat jiwa kita). Di sebelah utara bangsal proboyakso terlihat sebuah gedung besar menghadap ketimur berwarna gading dihiasi ukiran yang sangat indah. Arsitek gedung, warna gedung, dan hiasannya merupakan keharmonisan yang elegan. Gedung ini disebut menurut warnanya adalah “gedung kuning” tempat bersemayamnya sri sultan.
Belakang gedung kuning dan gedung proboyakso adalah kaputren. Di muka gedung kuning agak sedikit ke utara berdiri sebuah gedung bertingkat menghadap ke bangsal kancana, disebut gedung purworetno ialah kantor sekertaris pribadi sri sultan. Di sebelahnyaada ruangan untuk berhais tamu-tamu karaton, diberi nama panti sumbaga.
Di halaman karaton tepat berhadapan dengan gedung kuning berdiri bangsal mandalasana, sebuah bangsal untuk bermain music. Di sebelah selatan bangsal kencana kita lihat sebuah bangsal berbentuk limas an berlantai marmer yang menghadap ke timur yaitu bangsal manis. Di atas paar kuncungnya di sebalah barat dan timur hiasal gambar kayu yang menggambarkan dua naga yang di tengahnya ada raksasa. Di dahi raksasa ada lintahnya. Inipun condrosangkolo yaitu taahun dibuatnya bagsal ini, bunyinya “werdu yakso nogo rojo”, weru=lintah-3, yakso=5, nogo=8, mahkota=1. (1853). Bangsal ini dipakai untuk pesta-pesta. Sekarang dipakai untuk membersihkan pusaka-pusaka pada bulan sura.
Mulai dari gedung yang paling kiri berdirilah pertama-tama gedung patehan sebuah gedung untuk memersiapkan minuman the bagi tamu-tamu. Di sampingnya adalah gedung kas karaton. Kedua gedung ini menghadap ke utara. Kemudian gedung siliran untuk menyimpan lampu-lampu. Gedung baya untuk menyimpan minuman dan alat makan, dan kemudian ada dua buah gedung untuk menyimpan gamelan yaitu sebelah selatan untuk menyimpan gemelan slendro dan sebelah utara untuk gamelan pelog. Di tengah-tengah kedua gedung gemelan ada gerbang, regol gapura untuk masuk ke kesatrian, yang dahulu adalah tempet putera mahkota dan keluarganya. Oleh sekarang tidak ada putera mahkota, bagian ini digunakan untuk kepreluan latihan kesenian. Pada hari-hari tertentu, di sini diadakan latihan beksan memukul gamelan dan siaran-siaran karawitan karaton yang dipancarkan RRI karaton II.
Sebelum sampai di dalam seseunguhnya kita memulai bangsunan-bangunan dan bekas kandang kuda., sekarang dirombak jadi untuk menyimpan gamelan-gamelan dan inventaris karaton, serta tempat bacaan banjar wilopo namanya bibilothek.
Sebuah gedung dimana dulu di simpan pakaian kuda yaitu gedugn kappa, sekarang dijadikan museum karaton, gedung pringgondani, sekarang dipakai untuk menyimpan lukisan-lukisan raden shaleh dan beberap potret tentang perkawinan putera-puteri sultan.
Kembali kehalaman plataran karaton, di d=sebelah selatan ada sebuah pintu gerbang disebut regol kemagangan. Magang berarti calon. Di halaman ini dahulu calon-calon prajurit diuji ketangkasannya dalam menggunakan tombak, dihadiri oleh pangeran-pangeran dan karabat karaton lainnya.  Bangunan-bangunan ini di sudut selatan adalah untuk membuat gunungan. Sedekah makan dibuat gunungan pada hari grebeg, halaman ini adalah bagian ke V kompleks karaton.
Regol kamagangan di sebelah dalam dihiasi dengan condrosangkolo juga, dua ekor naga berlilitan satu sama lain dalam bahasa jawa “dwi nogo roso tunggal”, dwi=2, nogo-8, roso=6, tunggal=1. Dibaca dari belakang 1682 tahun jawa yaitu tahun di dirikannya karaton ngayogyakarta.
Di bagian luar regol, menghadap keselatan terlihat di atas dinding kanan-kiri sebuah dekorasi terdiri dari seekor naga merah dalam keadaan siap menerkam. Dekorasi ini sebuah condrosangkolo yang harus dibaca “dwi nogo roso”.

C.     JALAN MALIOBORO
Jalan malioboro merupakan sebuah jalan di kota Yogyakarta. Jalan ini sangat terkenal terutama oleh turis, baik turis local sampai turis internasional. Kelebihan dari jalan ini adalah selain bersih, indah, dan nyaman, jalan ini juga dipadati oleh pedagang-pedagang yogya. Dagangan ditempatkan diarea jalan. Hal ini sangat strategis untuk memasarkan barang dagangan karena para turis yang pergi ke Jogjakarta selalu melewati jalan tersebut.
Di malioboro terdapat berbagai jenis barang dagangan mulai dari pakaian, makanan, dan pernak-pernik khas yogya. di sini pun terkenal akan berbagai merek kaos khas jogja seperti dagadu, dadung, i-bee, jogja sree, dan lain-lain.
Malioboro letaknya sangat strategis, karena berdekatan dengan karaton Yogyakarta, taman pintar, dan alun-alun. Jadi tidak menentukan waktu lama untuk menuju malioboro. Cukup berjalan kaki saja, maka sampailah di jalan malioboro.




KESIMPULAN

Candi prambanan adalah kelompok percandian hindu yang dibangun oleh raja-raa dinasti senjaya pada abad IX. Ditemukanya tulisan pakitan pada candi ini menimbulkan pendapat bahwa candi ini dibangun oleh pakai pikatan yang kemudian diselesaikan oleh rakai Belitung berdasarkan prasasti barangka tahun 858 m “prasasti siwargrha” sebagai manifest polotk untuk meneguhkan kedudukannya sebagai raja yang besar.
Apabila seluruhnya telah selesai dipugar maka akan nada 224 buah candi yang ukuran semua sama yaitu luas dasar 6 meter persegi dan tingginya 14 meter. Latar pusat adalah latar terpenting di atasnya terdiri 16 buah candi besar dan kecil. Candi-candi utama terdiri atas 2 deret yang saling berhadapan. Deret pertama yaitu candi siwa, candi wisnu, dan candi brahmana. Deret kedua yaitu candi nandi, candi angsa, dan candi garuda. Pada ujung-ujung lorong yang memisahkan kedua deretan candi tersebut terdapat candi apit. Delapan candi lainya lebih kecil. Empat diantaranya candi kelir dan empat candi lainya disbut candi sudut.
Karaton meruakan tempat kediaman para raja-raja. Karaton memiliki nilai spiritual disetiap bentuk lambing ataupun bentuk bengunan. Hal demikian karena untuk menjaga integritas sebuah kraton tersebut agar tidak mudah hilang tertetaln zaman.
Jalan malioboro merupakan sebuah jalanyang berada di kota Yogyakarta. Jalan ini sangat strategis karena selalu dipenuhi para turis yang dating kekota Yogyakarta. Biasa orang yang berkunjung ko kota Yogyakarta akan menyempatkan singgah ke Jalan Malioboro.




DAFFTAR PUSTAKA

Candi Prambanan PT. Taman Wisata Candi Borobudur Parambanan dan Ratu Book (Unit Taman Wisata Parambanan Tlogo Prambanan)

Karaton Yogyakarta

Observasi Lapangan di Candi Prambanan, Kraton Yogyakarta, Dan Jalam Malioboro.

1 komentar: